NOW, ON Ainul.me

Aku Teman lamamu Chapter II



kau mulai menulis, merasakan apa yang engkau rasakan,

menanjak seperti air mengalir, menggantung bersama langit.
berteduh melawan hujan. bermain bersama api.

yang kau butuhkan sekarang hanya menulis.
melukis dalam dimensi yang berbeda.
bernyanyi dalam waktu. melangkah dan terus menjerit.

mungkin jemarimu sekarang berbicara,
melawan sebuah titik pada keberhasilan.
ia bergerak seperti angin menyapu debu jalan.

kata-kata itu kudapat dibelakang buku biologimu, aku lancang membaca apa yang seharusnya bukan aku baca. tetapi waktu itu kau melihatkannya padaku. aku tak tahu apa yang sesungguhnya kau berikan, memamerkan bahwa dirimu bisa menulis? ah mungkin saja. atau itu cuma tugas puisi yang kau kerjakan dibuku biologi karena kau lupa membawa buku bahasa indonesia? bisa jadi.



bukan, itu adalah kata-kata penyemangatmu. yang mengantarkanmu menjadi seorang seniman saat ini. melukis bersama jari, menggambar bersama tangan, bernyanyi bersama mic dan sapu di belakang, mengambang bersama eek dipagi hari.
dan saat itu kamu memberikannya padaku. supaya aku bisa menjadi apa yang aku sukai. tetapi aku menjadi kehilangan hobi menggambarku. yang dulu pernah mengantarku juara dikecamatan waktu masih SD. dan menjadi juara tiga di kabupaten waktu SMP setelahnya. karena aku salah membaca hadist rancu.

kamu ingat pertama kali kau menyapaku? disaat aku pulang sekolah disiang hari. panas waktu itu, dan kamu datang mendinginkan suasana. menyiramku dengan es jasjus rasa melon. tetapi aku menghindar, si alif yang kena. kasian dia tidak jajan. Sejak itu kau tahu? aku, sering tertawa. bukan karena hal lucu. tetapi karena mengingatmu.

*semester awal, tahun sebelumnya*

manusia-manusia itu lari berhamburan. hinggap dari kelas satu ke kelas lainnya, lalu turun ke kantin. dan kembali kebumi dengan membawa pentol, bakso yang ditusuk. mereka mencari nama-nama yang boleh tinggal dikelas itu. semacam penjatahan surga menurut amal baik yang dilakukannya. bagi mereka, kelas terbaik dimulai dari A,B,C dan seterusnya. mereka kesana untuk melihat apakah namanya ada di kelas itu atau tidak. tetapi tuhan maha adil, aku kebagian jatah di kelas A. ya mungkin itu spesial, tapi kurasa sama saja. dari dulu aku selalu kebagian yang terdepan. karena inisialku dimulai dari huruf A. kebetulan? mungkin..

aku memasuki kelas itu. lalu mengambil bangku yang berada paling belakang. entah kenapa aku suka bangku belakang, mungkin disitulah aku bisa memulai mimpi-mipiku. iya aku suka tidur di kelas, sambil nyoret-nyoret bangku yg sedang kutiduri. tetapi aku sempat tertawa, ada nama yanto di bangku itu, "Yanto (gambar hati) rina". bukannya si yanto sama si nina? mereka kan suka makan bareng di kantin bu Nur waktu pelajajaran menyanyi. aku pernah melihatnya, mereka suap-suapan pete waktu itu. tetapi aku langsung melaporkannya pada bu heni, guru pelajaran kesiswaan. lalu aku dimarahi mereka berdua, katanya "itu tidak lucu". ya memang aku tidak melucu, akukan cuma memberitahu..

Duduk sendiri dibelakang memang membosankan, karena tahun sebelumnya aku biasanya dengan si atang. setiap hari aku bawa koran, untuk tidur dikolong meja, ini seriusan. Atang yang memperhatikan, lalu aku tidur. gantian dia yang tidur aku yang memperhatikan, tapi kadang juga tidur. karena biasanya kami duduk dibelakang dan paling pojok, disitu banyak setannya. makanya aku sering bawa tasbih. sambil membawa tasbih aku berdizikir, karena aku laki-laki syariah.

Dan tiba-tiba saja... 
Sarjana Murid Telatan Aku Teman lamamu Chapter II kau mulai menulis, merasakan apa yang engkau rasakan, menanjak seperti air mengalir, menggantung bersama langit. berteduh melawan hujan... 5


line

0 Komenan

Posting Komentar

~

© 2010 - 2013 Catatan Murid Telatan, Allright reserved Template by Themelate
 
Murid Telatan 5